Rabu, 19 November 2008

Buruh, UMK, kesejahteraan... siapa peduli?


Di tengah hujan kemarin ratusan buruh ABM basah kuyup bersama polisi dan wartawan. Mereka memperjuangkan haknya mendapatkan upah yang layak untuk kesejahteraan. Selama liputan di tengah hujan yg deras, akankah perjuangan buruh hari ini akan bermuara pada keadilan atas tuntutan mereka?
Dan endingnya pun bisa ditebak...
Sy liputan UMK buruh sudah ketiga kalinya. Setiap tahun mereka menuntut, UMK harus sesuai survey Kebutuhan Hidup Layak. Karna bunyi UU Ketenagakerjaan begitu. Tapi selalu saja pemerintah berdalih... "Iya, UMK sesuai survey kebutuhan hidup layak. Tapi dilakukan secara bertahap... ingat ya bertahap!" kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Jatim kemarin. Yang ia maksud dengan bertahap adalah.. pencapaian UMK sesuai KHL akan dilakukan tapi tidak sekarang. Mboh tahun kapan!
Padahal, setiap tahun buruh menjerit! Kesejahteraan mereka tergadaikan! Tidak ada yang peduli!
Emang gue pikirin? Boro-boro mikirin nasib rakyat (apalgai buruh), nih lagi mikirin... mau jadi Gubernur dulu! Mau mikir pilpres 2009, mau nyalon Presiden dananya dari mana? Itu tuh... ciri negara kapitalis (meski SBY paling ogah disebut Indonesia negara kapitalis! Padahal praktek negara kapitalis sudah dilakukan bertahun2..)
Sekedar berbagi konsep ketenagakerjaan dalam sistem Islam...
Dalam sistem Islam ada konsep pengupahan yg dilakukan seorang pengusaha pada pekerja. Dengan konsep pengupahan dan pekerjaan yg jelas dalam akad (kontrak) kerja. Satu hal yg sangat berbeda dengan penentuan upah ala kapitalis, upah yg diberikan pada buruh bukan disandarkan pada jumlah barang produksi yg laku di pasaran. tapi distandarkan pada besarnya tenaga/jasa yang diberikan buruh dalam pekerjaannya. contoh nih, ada buruh pabrik mie kerja pagi sampe malem memjalankan mesin produksi yang sangat berat sehingga mengeluarkan tenaga ekstra keras ternyata cuma digaji 30 ribu per hari. dalam konsep Islam, ini nggak fair bagi si buruh. karena itu, buruh punya bergaining power menentukan upahnya berdasarkan tenaga/jasa yang telah dikeluarkannya.
tapi ada juga catatan, dalam penentuan upah, dalam konsep Islam, pengusaha tidak menanggung kesejahteraan buruh! Jadi nggak perlu tuh survey tempat kos, makan, pakaian, pendidikan anak, biaya rumah sakit dll. Enteng kan buat pengusaha???
Lha trus, yg nanggung kesejahteraan buruh siapa? Dalam konsep Islam, NEGARA WAJIB MEMBERIKAN FASILITASI KESEJAHTERAAN RAKYAT. Pendidikan gratis, sampai level apapun bisa sekolah gratis. Biaya rumah sakit gratis, sakit apapun, gratis. Negara juga berkewajiban menyediakan perumahan untuk rakyat, bahkan untuk mereka yg cacat atau tidak mampu bekerja diberikan tunjangan oleh negara.
Beda dengan negara kapitalis macam Indonesia ini, pendidikan, kesehatan, perumahan semua dibebankan pada rakyat. Lha trus apa gunanya memilih pemimpin dalam pemilu kalau cuma bisa cuek urusan rakyat dan lebih peduli urusan diri sendiri???

Tidak ada komentar: