Rabu, 10 Desember 2008

Kelaparan, akibat kapitalisme


FAO: Tahun ini jumlah orang kelaparan di dunia meningkat menjadi 963 juta jiwa (Al Jazeera, 09/12/2008). Sungguh data yang sangat memilukan. 963 juta jiwa bukanlah angka yang kecil. Apa penyebabnya?
Bisa jadi karena distribusi pangan yang tidak merata. Banyak diantara kaum muslim yang kelebihan makanan dan berganti-ganti menu makan di restauran, tapi lebih banyak diantara kaum muslim yang kelaparan. Penyebab lain, daya beli masyarakat yang rendah. ini karena tidak punya penghasilan, dan negara tidak memberi jaminan. Sehingga untuk mereka tidak mampu membeli bahan makanan. Atau karena individualisme masyarakat sangat tinggi, sehingga tak memperdulikan orang lain yang membutuhkan makan.
Banyak lagi faktor lain yang menyebabkan kelaparan. Dari sekian banyak faktor tadi, bisa disimpulkan, penyebabnya adalah karena penerapan sistem kapitalisme. Kok bisa?
Mari kita telaah bersama. Sistem kapitalisme dengan berbagai turunannya seperti individualisme, liberalisme, demokrasi berawal dari sekulerisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Artinya, Allah SWT sebagai pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan ini (menurut sekulerisme) dilarang turut campur dalam mengatur kehidupan manusia. Dalam berbagai literatur disebutkan, sekulerisme berawal dari beralihnya pemusatan pemikiran dari gereja, karena salah berteori tentang kehidupan.
Karena menafikkan Allah sebagai pengatur kehidupan, para kapitalis (pemilik modal) yang akhirnya mengambil peran. Dengan modal yang mereka miliki, mereka membuat aturan kehidupan yang tentu saja menguntungkan diri sendiri. Karena sifatnya sangat jelas, individualis (mementingkan diri sendiri) dan liberal (bebas). Sehingga wajar dalam sistem ini menimbulkan banyak distorsi (penyimpangan) yang mengakibatkan berbagai permasalahan. Kelaparan diantaranya.
Selain itu, negara tidak lagi mau ikut campur mengurusi masalah rakyat. Karena dalam sistem kapitalis, negara tidak lebih hanya fasilitator, dan melepas tanggung jawabnya sebagai pengurus masalah umat.
Berbeda dengan sistem Islam. Seorang kholifah wajib bertanggung jawab mengurusi masalah umat. Kita tahu bagaimana kholifah Umar Bin Khoththob yang memanggul sendiri gandum, memasakkan dan menghidangkannya kepada seorang ibu dan anak2nya yang kelaparan. Dalam syariah (yang dituntun dengan aturan Allah), seorang pemimpin umat wajib memastikan setiap orang di negerinya bisa makan, tercukupi sandang, pangan dan papan. Jika ia lalai maka dianggap tidak capable mengurus masalah umat.
Negara juga berkewajiban memberikan lapangan kerja yang seluas-luasnya supaya rakyat bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan mampu memenuhi kehidupan sehari-hari keluarganya. Fasilitasi negara adalah dalam pendidikan dan kesehatan, yang harus tersedia dengan gratis dan cukup.
Selain itu dalam Islam, diwajibkan seseorang memenuhi hak tetangganya. Jika ia lali pada urusan tetangganya atau membiarkan tetangganya dalam kesusahan (atau besikap individualis) maka ia mendapatkan dosa.
Inilah aturan Islam. Yang menjamin, tidak boleh ada penduduk kelaparan. Karena aturan ini bersumber pada pemilik alam semesta, Allah SWT.
Jadi satu-satunya solusi untuk mengatasi kelaparan adalah, kembali kepada syariah Islam. Tetapi, syariah tidak bisa ditegakkan secara sempurna tanpa sebuah sistem yang menaungi, yakni Khilafah. Jadi perjuangkan syariah dan khilafah!

Jumat, 05 Desember 2008

Tsunami Itu Datang Lebih Cepat


"Tsunami itu datang lebih cepat dari yang kita perkirakan," kata seorang ahli ekonomi FE Universitas Airlangga kemarin (5/12). Ia mengatakan itu pada saya sambil tertunduk lesu. Tsunami yang ia maksud bukan badai raksasa seperti yang memporakporandakan Aceh 2004 lalu, tapi daya rusak dan luasan gelombangnya jauh lebih dahsyat. Tsunami yang menciptakan krisis ekonomi global di seluruh dunia.
Ahli ekonomi yang sudah bergelar doktor ini menyebutkan, dampak krisis keuangan global (yang membuat Amerika sekarat dan sulit pulih sampai sekarang) sampai lebih cepat di Indonesia. Padahal para ahli ekonomi memprediksi, dampak krisis baru akan terasa tahun 2009. Tapi ternyata, sekarang resesi ekonomi itu sudah di depan mata.
Ada indikasi resesi ekonomi yang terjadi. Pertama, tingkat inflasi turun drastis. Dibandingkan kenaikan inflasi yang tinggi, penurunan inflasi jauh lebih berbahaya. Karena penurunan inflasi mengindikasikan permintaan turun, karena daya beli turun. Jika daya beli masyarakat turun, produksi berkurang. Disinilah dimulai stagnasi ekonomi. Indikasi kedua, PHK massal yang terjadi akhir tahun ini sudah mencapai ratusan ribu buruh. Dampaknya terjadi pembengkakan angka pengangguran, dan masalah2 sosial lainnya.
Well.. inilah saatnya kapitalisme diambang kematian. Ketika kapitalisme telah hancur, siapa sistem penggantinya? Memang perubahan harus dilakukan secara fundamental. Sistem ini harus berubah. Perubahan itu sebenarnya sudah mulai tampak. Eropa bahkan sekarang mulai mengkaji perubahan sistem kapitalisme pada syariah. Demikian juga Hongkong. Kapan Indonesia? Masih berharap pada kapitalisme yang sebentar lagi menjemput ajalnya?
Sooner or later, kapitalisme, sistem yang kufur ini akan tergilas oleh kerakusannya sendiri. Sistem bikinan manusia yang lemah dan rapuh ini sudah tak mampu lagi berkuasa. Penerapan sistem ini sudah meberi dampak buruk dan justru menjauhkan rakyat dari kesejahteraan.
Hanya ekonomi syariah yang mampu bertahan dalam krisis apapun. Selama 13 abad, sistem ekonomi syariah tidak tergoyahkan. Tentu saja ini bisa terjadi, karena sistem ekonomi syariah dirancang oleh Dzat Yang Maha Mensejahterakan Manusia, Allah SWT.
Tapi perlu diingat, sistem ekonomi syariah hanya satu dari bagian persoalan yang tercakup dalam masalah politik. Kalau sistem ekonominya mau berubah, sistem politiknya pun harus berubah. Karena tidak ada yg bisa menerapkan sistem ekonomi syariah secara sempurna jika tidak dalam naungan khilafah (pemerintahan) Islam. Jadi, lebih urgent saat ini, memperjuangkan khilafah yang akan menerapkan syariah Islam dalam segala aspek kehidupan.