Senin, 24 November 2008

Antara DPD RI dan laut asin


Kenapa ikan di laut badannya tidak ikut asin. bukankah kita juga bisa? tidak ikut "asin" dalam dunia yang "asin" ini...

Sy baca kalimat ini dari beranda facebook teman sy. Kebetulan sekarang dia lagi getol2nya kampanye biar lolos jadi anggota DPD RI dari Jatim.

Sy pun memberi komentar : "Trus... mo jadi anggota DPD apa jadi ikan asin??"

Hehehe...

Sebenarnya komentar sy bukan untuk melucu tapi asli serius!

1. Kalimat yg dibuat temen sy tuh juga aneh. Masa manusia disamakan dengan ikan. Kehidupan manusia disamakan dengan kehidupan laut yg asin. Tuh emang ga logis blas! Secara logika aja nih, kenapa ikan di laut ga asin, karena ikan mempunyai daya proteksi dalam tubuhnya sehingga mampu menetralisir asin air laut. Sehingga ikan laut tidak asin. Kalau ikan laut jadi asin, tandanya dia sudah mati karena tidak mampu memproteksi dirinya sehingga "tercemari" asinnya air laut.

2. Sy tau logika apa yg sedang dipikirkan oleh teman sy ini. Menurut dia, ketika seseorang memiliki daya proteksi terhadap diri sendiri, maka segala apapun yg dihadapi tidak akan mempengaruhi idealismenya. Secara... teman sy ini calon anggota DPD RI yang tampangnya ada di beberapa baliho dan selebaran yg disebar di pinggir2 jalan. Dia merasa yakin, nyemplung di dunia yang asin (penuh persoalan) tidak akan mempengaruhinya karena ia sudah imun dari hal-hal negatif... hmmm apa iya? Sekarang, belum jadi anggota DPD RI bisa ngomong begitu. Tapi kalo sudah jadi, apa masih bisa begitu? Wallahu a'alam. Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia.

3. Demokrasi... tidak memberi jaminan apapun untuk perbaikan kehidupan manusia. Janji-janji tinggal janji, realisasi? Nol besar!
Coba bayangkan... demokrasi ini sangat mahal, menyerap anggaran yg besar dari dara rakyat di APBN dan APBD (selengkapnya baca tulisan sy tentang Demokrasi : Mahal & kufur)tapi tidak memberi jaminan, pemimpin yang dilahirkan dari proses demokrasi akan membawa perubahan yg fundamental mencapai kesejahteraan umat.
Banyak orang mengatakan, yg salah orangnya bukan demokrasinya. Perlu diketahui, sistem demokrasi sejak awalnya sudah cacat, bobrok, karena tidak menerapkan aturan Allah sebagai landasan kehidupan. Ketika manusia (sok tahu) membuat aturan, maka yg terjadi adalah permainan kepentingan. Bisa dikatakan apa yg dihasilkan hanyalah kepentingan2 individu semata untuk mengeruk keuntungan dari uang rakyat. Urusan rakyat, diurus belakangan... naudzubillahi min dzalik!

Padahal, Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban pemimpin. Para pemimpin yg lalai pada urusan umat, tunggu pembalasannya di akhirat!

Tidak ada komentar: