Minggu, 18 Januari 2009

AKSI KAMPANYE KHILAFAH


Sekitar 1000 muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Minggu (18/1) menggelar aksi ”Kampanye Khilafah Hentikan Genosida Kaum Muslim Pembantaian Perempuan dan Anak”. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan muslimah HTI pada upaya genosida (pemusnahan manusia secara massal) yang dilakukan Israel dalam serangan ke jalur gaza Palestina, yang sampai sekarang sudah menelan korban 1000 syuhada, sebagian diantaranya perempuan dan anak-anak.
Nurul Izzati, S.Kom, Ketua DPD I Jatim Muslimah HTI mengatakan, solusi untuk mengatasi kebrutalan serangan Israel terhadap Palestina adalah dengan jihad dan khilafah. Solusi diplomasi yang dilakukan selama ini tidak efektif karena terbukti 60 resolusi yang dikeluarkan PBB dilanggar Israel dan berulang kali AS menveto atau abstain terhadap resolusi genjatan senjata Israel. Muslimah HTI menilai PBB sudah terbukti tidak efektif dan tidak mungkin PBB membuat keputusan memihak kepada Palestina karena PBB lah yang mendirikan negara Israel melalui resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum no 181 tanggal 29 oktober 1947. Berharap pada OKI pun tidak mungkin karena OKI tidak mempunyai kekuatan riil, bahkan Juli 2006 resolusi 57 negara anggota OKI kepada PBB tentang kecaman Israel yang disetujui DK PBB, kemudian diveto oleh AS.
Mengapa harus Khilafah solusinya? Menurut CIA The Word Fact Book, potensi kekuatan militer negeri Islam cukup besar. Gabungan 6 negara saja yaitu Indonesia, Turki, Irak, Iran, Pakistan& Indonesia mencapai 162 juta padahal jumlah negeri muslim lebih dari 50. Sementara Potensi militer negara AS, penyokong negara Israel hanya79 juta dan Israel 1,5 juta laki-laki dan 1,4 juta perempuan. “Jadi potensi militer kaum muslim sebenarnya cukup besar, hanya permasalahannya TIDAK BERSATU dibawah satu kepememimpinan politik secara riil. Karena itu, HANYA butuh KHILAFAH sebagai solusi.”
Muslimah HTI kampanyekan Khilafah sebagai solusi menghentikan genosida kaum muslim dalam pembantaian perempuan dan anak secara nasional dengan berbagai kegiatan diantaranya bedah buku, seminar, tabligh akbar, mimbar terbuka di kampus-kampus. Di Surabaya, aksi dipusatkan di Taman Apsari Minggu (18/1) dengan tabligh, mimbar terbuka, aksi teatrikal, dan sebar leaflet yang melibatkan 1000 massa.